70 Penduduk Palestina Terluka dan 240 Ditangkap Israel di Yerusalem selama Oktober

Yerusalem, SPNA – Data yang dikumpulkan Yayasan Europeans for Al-Quds, sebagaimana dilansir Palinfo pada Rabu (03/11/2021), menunjukkan bahwa pasukan pendudukan Israel terus meningkatkan serangan, agresi, dan kebijakan Yahudisasi di kota Yerusalem yang diduduki, pada bulan Oktober lalu.

Menurut laporan bulanan terkait pelanggaran Israel di Yerusalem, yang dilakukan Europeans for Al-Quds, pasukan pendudukan melakukan sebanyak 1.239 pelanggaran. Pelanggaran terbanyak pertama adalah penyerbuan dan penggerebekan dengan tingkat 23,2 persen, diikuti oleh penangkapan 19,4.

Laporan mendokumentasikan terjadi sebanyak 51 insiden penembakan dan serangan langsung yang dilakukan pasukan pendudukan Israel di kawasan Yerusalem yang diduduki, di mana telah mengakibatkan sebanyak 70 warga sipil terluka oleh peluru tajam, tabung gas air mata, dan bom suara. Pasukan pendudukan Israel juga memukuli lebih dari 97 penduduk Palestina, dan puluhan lainnya mengalami sesak napas.

Laporan Europeans for Al-Quds mendokumentasikan bahwa pasukan pendudukan melakukan sebanyak 287 serangan ke berbagai kota dan desa di Yerusalem, di mana mereka melakukan 240 penangkapan, termasuk delapan perempuan dan sejumlah besar lainnya merupakan anak-anak.

Laporan memantau pelaksanaan 23 penghancuran atau pembongkaran yang dilakukan pasukan pendudukan dan surat pemberitahuan pembongkaran rumah, yang mengakibatkan delapan rumah hancur, empat di antaranya dihancurkan oleh pemilik sendiri. Israel memaksa seorang penduduk Palestina untuk membongkar sebagian rumahnya dan menghancurkan 30 fasilitas komersial, sebuah pompa bensin, dan dua unit usaha “laundry”. Israel juga memberitahukan ancaman pembongkaran secara luas di Silwan.

Laporan mengkonfirmasi percepatan usaha otoritas pendudukan Israel untuk memaksakan perubahan demografis di kota Yerusalem. Pendudukan Israel menggunakan semua unsur pemerintahan, politik, dan keamanan untuk mempercepat tujuan ini, dan di sisi lain, Israel membebaskan para pemukim dan asosiasi permukiman Yahudi untuk mengontrol sebanyak mungkin bangunan di Yerusalem.

Laporan mendokumentasikan sembilan keputusan Yahudisasi baru, termasuk promosi pembangunan 10.000 unit perumahan permukiman di tanah Bandara Internasional Yerusalem (Qalandia), persetujuan pengadilan pendudukan Israel yang mengklaim hak salat bagi orang-orang Yahudi di kompleks Al-Aqsha, menghancurkan kompleks pemakaman muslim Yusufia untuk mendirikan taman “Alkitabiah Yahudi”, dan proyek pembangunan sinagoge “Permata Israel” sekitar 200 meter dari Masjid Al-Aqsha.

Selama bulan Oktober, sebanyak 2.761 pemukim Yahudi berpartisipasi dalam penyerbuan Masjid Al-Aqsa, yang dilakukan selama 22 hari, dengan dua kali per hari.

Polisi pendudukan Israel terus menerapkan kebijakan deportasi dari Masjid Al-Aqsha atau kota Yerusalem, dan mengeluarkan sebanyak 216 keputusan deportasi, sebagian besar dari Bab Al-Amud dan beberapa jalan Yerusalem. Keputusan deportasi yang paling masyhur adalah deportasi ulama dan dai Al-Aqsha, Syekh Ikrima Sabri.

Para pemukim Israel juga terus melakukan serangan terhadap penduduk di Yerusalem. Selama bulan Oktober, Europeans for Al-Quds mencatat sebanyak 18 serangan yang dilakukan oleh para pemukim, terutama penyitaan sebuah apartemen di lingkungan Wadi al-Rababa di kota Silwan, di selatan Masjid Al-Aqsha, untuk menjadikan jumlah pos terdepan atau permukiman terdepan di kota tersebut menjadi 80 fokus.

Selama Oktober, laporan memantau sebanyak Sembilan kasus pelanggaran kebebasan, terutama penangkapan tiga jurnalis, pelarangan jurnalis untuk meliput peristiwa di Bab al-Amoud dan pemakaman Yusufiya, serta acara budaya.

Pasukan pendudukan Israel mendirikan sebanyak 13 pos pemeriksaan permanen di Yerusalem, dan mendirikan puluhan pos pemeriksaan tidak permanen untuk menghentikan penduduk Palestina saat mereka melewati dan menyalahgunakan fungsinya. Selama bulan Oktober, mereka mendirikan lebih dari 76 pos pemeriksaan keliling di berbagai desa dan jalan-jalan Yerusalem.

Laporan Europeans for Al-Quds tersebut diakhiri dengan eskalasi Israel yang mencoba memaksakan realitas baru di Masjid Al-Aqsha. Hal ini bisa disaksikan melalui upaya melegitimasi salat dalam keadaan diam yang dilakukan Yahudi, serangan berulang terhadap orang-orang Palestina yang berkumpul di Bab Al -Area Amud, dan operasi penghancuran pemakaman muslim Yusufiya.

Direktur Europeans for Al-Quds, Muhammad Hanoun, mengirim pesan ke negara-negara Uni Eropa ikut terlibat, bertanggung jawab, dan membuat negara pendudukan Israel menghormati hukum internasional dan resolusi PBB. Ia meminta negara Uni Eropa agar membuat Israel berhenti melanggar hak asasi penduduk sipil, berhenti merusak peradaban Yerusalem, dan memastikan bahwa penduduk Yerusalem dapat melakukan ritual keagamaan mereka di masjid dan gereja.

Europeans for Al-Quds memperingatkan bahwa keputusan pendudukan Israel baru-baru ini akan semakin membuat suasana tegang dan menimbulkan reaksi dari penduduk Palestina yang membela diri dan kesucian mereka, terutama eskalasi serangan yang dilakukan oleh pemukim ke Masjid Al-Aqsha, yang diselingi ritual keagamaan Yahudi, provokasi dan pelanggaran hak-hak penduduk Palestina di Yerusalem dan Masjid Al-Aqsa.

(T.FJ/S: Palinfo)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

kantor pusat

Jl. Bina Marga No. 25, C99 Business Park, Kaveling 9N, RT.08 / RW.03 Kel. Ceger, Kec. Cipayung, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13850

Subscribe to our newsletter

Sign up to receive updates, promotions, and sneak peaks of upcoming products. Plus 20% off your next order.

Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue