Pembangkit listrik di Gaza Terancam Berhenti

Jalur Gaza, SPNA – Otoritas Energi Gaza, pada Sabtu (06/11/2021), mengumumkan bahwa pasokan solar Qatar telah dihentikan sejak pagi Selasa, pada 2 November lalu, sampai saat ini.

Dalam sebuah pernyataan singkat, sebagaimana yang dilansir dari Palinfo, Otoritas Energi menyatakan bahwa mereka harus menyediakan solar yang cukup dari pasar lokal untuk mengoperasikan pembangkit listrik hingga Minggu, 7 November.

“Otoritas Energi mengumumkan bahwa stasiun terancam akan berhenti jika solar Qatar tidak masuk dan meminta intervensi segera untuk memasukkan solar Qatar,” sebut Otoritas Energi Gaza.

Otoritas Energi mencatat bahwa dalam hal penangguhan stasiun pembangkit listrik, defisit pasokan listrik akan mencapai sekitar 70 persen.

Jalur Gaza menderita krisis listrik parah secara umum, yang disalurkan ke rumah-rumah penduduk. Krisis listrik memburuk sejak 2006 setelah pemboman yang dilakukan pasukan pendudukan Zionis, terhadap satu-satunya pembangkit listrik yang memasok sektor tersebut.

Pada 28 Juni 2006, tentara pendudukan Israel mengebom satu-satunya pembangkit listrik di Jalur Gaza selama operasi militer. Hal ini mengakibatkan rusaknya enam trafo utama di stasiun pembangkit listrik tersebut. Sejak saat itu, Jalur Gaza mengalami defisit energi yang besar. Krisis mencapai beberapa kali mencapai puncak, di mana listrik terputus hingga 20 jam per hari.

Selanjutkan, Jalur Gaza kerap mengalami krisis listrik. Pada Juni 2019 dan berlanjut selama 2020, Israel mencegah bahan bakar masuk ke Gaza. Gaza kembali mengalami krisis listrik yang parah. Besaran listrik yang diterima penduduk berkisar antara 6-4 jam per hari. Hal ini mempengaruhi sejumlah sektor penting utama seperti sektor kesehatan. Pemadaman listrik yang berulang mengancam nyawa ratusan pasien yang menggunakan ventilator, serta inkubator bayi dan ruang operasi.

Dampak pemadaman listrik memaksa stasiun pembuangan limbah berhenti bekerja selama berjam-jam, sehingga memaksa pemerintahan kota untuk mengalirkan air limbah ke laut, yang mengancam kehidupan warga dan mencemari air laut.

Krisis listrik juga memiliki dampak terbesar pada sektor komersial dan industri. Lebih dari 80 persen pabrik di sektor ini berhenti bekerja karena kekurangan energi, yang memperburuk krisis kehidupan.

Lembaga Pemantau Hak Asasi Manusia, Euro-Mediterania Monitor, dalam laporan bersama dengan Institut Internasional untuk Air, Lingkungan dan Kesehatan (GIWEH), pada Senin (04/10/2021), menyatakan bahwa akibat blokade berkepanjangan yang diterapkan oleh otoritas pendudukan Israel, sebanyak 97 persen air di Jalur Gaza di Palestina sudah tidak layak untuk dikonsumsi.

Krisis bahan bakar dan pemadaman listrik yang terus-menerus dilakukan otoritas pendudukan Israel telah menghambat pengoperasian sumur air dan pabrik pengolahan limbah. Hal ini menyebabkan pembuangan sekitar 80 persen limbah yang tidak diolah di Gaza, dibuang laut, sementara 20 persen sisanya merembes ke air tanah.

Krisis air ini menjadi ancaman serius bagi kesehatan penduduk Palestina yang diblokade Israel, di mana data terbaru menunjukkan bahwa sekitar seperempat penyakit yang menyebar di Jalur Gaza disebabkan oleh polusi air, dan 12 persen angka kematian anak-anak dan bayi terkait dengan penyakit usus akibat air yang terkontaminasi.

(T.FJ/S: Palinfo, RT Arabic)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

kantor pusat

Jl. Bina Marga No. 25, C99 Business Park, Kaveling 9N, RT.08 / RW.03 Kel. Ceger, Kec. Cipayung, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13850

Subscribe to our newsletter

Sign up to receive updates, promotions, and sneak peaks of upcoming products. Plus 20% off your next order.

Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue