Sejarawan Perancis: Israel Memang Telah Rencanakan Penghancuran Desa Mughrabi di Yerusalem

Yerusalem, NPC – Sejarawan Prancis, Vincent Lemire, sebagaimana dilansir dari RT Arabic, pada Jumat (28/01/2022), menegaskan dalam bukunya “At the Feet of the Wall: The Life and Death of the Mughrabi Quarter in Jerusalem (1187-1967)” bahwa Israel telah merencanakan penghancuran desa ini setelah perang tahun 1967 dan mencoba untuk menyamarkan apa yang sebenarnya telah mereka lakukan.

Lemire mengharapkan reaksi kritis setelah penerbitan bukunya, yang diterbitkan pada Jumat (27/01/2022), karena permasalah tersebut berkaitan dengan tempat-tempat suci Palestina di Yerusalem, yang merupakan topik yang sangat sensitif dalam konflik Arab-Israel.

Sejarawan yang menjalankan Pusat Penelitian Prancis di Yerusalem, dalam bukunya, mengandalkan dokumen-dokumen lokal Yerusalem, Turki Usmani, dan Perancis yang ia selidiki selama enam tahun, dan melalui kembali ke kisah yang terlupakan tentang lingkungan desa Mughrabi selama delapan abad.

Sejarawan menjelaskan bahwa desa Mughrabi di mana pemimpin sejarah Palestina, Yasser Arafat, tinggal selama beberapa waktu setelah kematian ibunya, ternyata tidak dihancurkan atas inisiatif 15 kontraktor Israel setelah perang 1967 (menurut versi resmi, yang beberapa telah dipertimbangkan kembali dalam beberapa tahun terakhir). Namun, penghancuran desa tersebut berdasarkan keputusan oleh otoritas pendudukan Israel.

Desa Mughrabi berdekatan dengan Tembok Barat Komplek Masjid Al-Aqsha atau Tembok Al-Buraq, yang disebut juga sebagai Tembok Ratapan bagi orang Yahudi.

Sebelum perang 1967, ketika Yerusalem Timur berada di bawah pemerintahan Yordania, alun-alun besar yang menjadi halaman tembok itu tidak ada, yang ada hanyalah desa atau lingkungan muslim yang mencakup sekitar 135 rumah yang dibangun pada masa pemerintahan Salahuddin Al-Ayubi, pada abad ke-12 M. Desa ini kemudian masuk dalam Wakaf Abu Madyan, yang merupakan lembaga keagamaan yang didirikan untuk menyediakan akomodasi, makanan dan pengobatan bagi para peziarah yang datang dari wilayah Maghribi atau Maroko.

Menurut sebuah narasi, 15 kontraktor Yahudi disebut menghancurkan desa Mughrabi langsung setelah menduduki Kota Tua Yerusalem untuk membangun alun-alun. Media pada saat itu melaporkan tentang peran yang dimainkan walikota Yerusalem, Teddy Kollek, dalam operasi tersebut.

“Bagaimana kita bisa membayangkan bahwa sebanyak 15 kontraktor swasta menghancurkan desa bersejarah tanpa izin di tingkat tertinggi negara bagian? Tidak ada orang yang pernah yakin dengan cerita ini,” ujar Vincent Lemire.

Ia menambahkan bahwa bukunya memberikan bukti konklusif dan tertulis atas tindakan perencanaan yang disengaja, dengan memprioritaskan dan mengoordinasikan proses penghancuran tersebut.

“Ada berbagai dokumen yang tak terbantahkan,” kata Vincent Lemire.

Ia menekankan adanya risalah yang mengacu pada pertemuan antara Kollek dan komandan tentara yang bertanggung jawab atas Yerusalem pada saat itu, pada 9 Juni 1967.

“Hanya 36 jam sebelum penghancuran desa tersebut dan di antara poin dalam agenda tersebut adalah penghancuran desa Mughrabi,” sebut Vincent Lemire.

Ia juga melihat memorandum internal Kementerian Luar Negeri Israel yang dikeluarkan pada hari yang sama, yang mencakup unsur-unsur yang seharusnya digunakan untuk membenarkan pembongkaran desa Mughrabi tersebut. Memo itu, menurutnya dimaksudkan untuk membuat orang berpikir bahwa desa atau lingkungan Mughrabi adalah kumpulan perumahan bobrok, rentan, dan bangunan berbahaya.

Vincent Lemire juga menemukan catatan di arsip kota Yerusalem yang menunjukkan perlunya memindahkan reruntuhan desa yang hancur “atas perintah komando militer”.

Diamnya Perancis dan Yordania

Setelah berdirinya Negara Israel pada tahun 1948, Perancis, kekuatan kolonial di Maroko pada saat itu, membiayai lingkungan dan Wakaf Abu Madyan. Vincent Lemire percaya dalam bukunya bahwa dukungan ini adalah bagian dari rencana untuk memenangkan hati muslim di Afrika Utara yang tengah menghadapi kebangkitan gerakan kemerdekaan di Aljazair.

Hal yang terjadi sebaliknya, setelah kemerdekaan Aljazair pada tahun 1962, Prancis meninggalkan desa Mughrabi dan bahkan tetap diam setelah otoritas pendudukan Israel menghancurkannya, hal yang sama yang juga dilakukan banyak negara lain.

Vincent Lemire menunjukkan bahwa Yordania tetap diam juga, meskipun kehilangan kendali atas Yerusalem Timur pada saat itu.

“Sebagai seorang sejarawan, intuisi saya mengarahkan saya untuk mengatakan bahwa kesepakatan diam-diam terjadi antara Israel dan Yordania, sehingga memungkinkan Yordania untuk mempertahankan pengawasan kompleks Masjid Al-Aqsha, situs tersuci ketiga dalam dunia Islam. Sementara itu, Israel sedang membangun halaman dan alun-alun mereka di dekat Tembok Barat (Al-Aqsha),” sebut Vincent Lemire.

Ia menjelaskan bahwa arsip kota Yerusalem menunjukkan bahwa penduduk desa Mughrabi hanya menerima sedikit kompensasi keuangan setelah penghancuran dilakukan. Hal ini dilakukan untuk memastikan bahwa mereka akan tetap diam dan dapat menetap di sekitar Yerusalem.

(T.FJ/S: RT Arabic)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

kantor pusat

Jl. Bina Marga No. 25, C99 Business Park, Kaveling 9N, RT.08 / RW.03 Kel. Ceger, Kec. Cipayung, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13850

Subscribe to our newsletter

Sign up to receive updates, promotions, and sneak peaks of upcoming products. Plus 20% off your next order.

Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue