Normalisasi; Pesan Selamat Tinggal untuk Palestina

Di antara cita-cita negara barat yang terlibat dalam proses “menciptakan dan membesarkan” negara Israel di atas sebagian besar dari tanah Palestina, adalah menjadikan negara Yahudi tersebut sebagai entitas alami dan dapat diterima di Timur Tengah. Atau bagaimana mengasimilasikan elemen baru dan asing itu ke dalam tubuh masyarakat yang memiliki jati diri kontras.

Negara-negara barat, termasuk Israel sendiri, telah menempuh berbagai upaya untuk mewujudkan cita-cita itu. Harapan agar warga Arab bersedia menerima kedatangan Yahudi ilegal tanpa ada penolakan dan pergesekan.

Salah satunya adalah dengan memunculkan ide normalisasi.

Istilah normalisasi dalam konteks konflik Palestina-Israel mengacu pada jalinan hubungan diplomatik antara Israel dengan negara Arab dan Islam. Dengan tujuan menghapus segala memori permusuhan dan konflik yang sudah membatu, dari catatan sejarah.

Normalisasi merupakan salah satu media yang dipakai Israel untuk mengokohkan keberadaan negara Yahudi Israel di atas tanah Palestina. Usaha yang dilakoni oleh negara-negara besar dunia itu hari ini nampaknya memang telah berhasil. Dan telah mampu menjadikan “musuh kemarin sebagai teman hari ini.”

Persetujuan sejumlah negara Arab untuk membangun hubungan damai dengan Israel sejatinya adalah pesan lepas tangan mereka dari kasus Palestina. Dan ingin menjadikannya seolah hanya persoalan lokal yang tidak perlu campur tangan luar.

Normalisasi tersebut merupakan sebuah prestasi bagi negara-negara barat, dan Israel khususnya. Seolah mereka telah meraih cita-cita dan hasil dari benih yang mereka semai sejak lama.

Namun demikian, di lapangan, normalisasi tidak memberikan hasil apapun. Hal itu disebabkan karena normalisasi yang berlangsung hanya terjadi pada level pemerintahan resmi saja. Sedangkan warga di negara Arab dan Islam, yang merupakan tujuan asimilasi utama, sama sekali tidak terpengaruh.

Mesir misalnya, yang telah menandatangani kesepakatan normalisasi dengan Israel melalui perjanjian Camp David selama lebih dari empat puluh tahun. Sikap resmi pemerintah tidak mampu mengubah padangan warga Mesir kepada Israel. Warga Negeri Shalahuddin tersebut masih melihat Israel sebagai negara penjajah, dan komunitas asing yang datang merebut tanah orang lain.

Mundurnya sejumlah atlet Arab dan Muslim dari kejuaraan olah raga dunia ketika dipertemukan dengan atlet Israel adalah catatan paling kuat untuk membuktikan hal itu.

Jadi, sebesar apapun usaha yang dilakukan demi menyukseskan normalisasi, hal itu tidak akan berhasil mengubah pandangan publik di negara Arab dan Islam. Mereka tetap akan melihat Israel sebagai negara penjajah, dan menolak untuk hidup berdampingan dengan orang-orang Yahudi ilegal.

(T.HN/S: AlQuds)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top

kantor pusat

Jl. Bina Marga No. 25, C99 Business Park, Kaveling 9N, RT.08 / RW.03 Kel. Ceger, Kec. Cipayung, Jakarta Timur, DKI Jakarta 13850

Subscribe to our newsletter

Sign up to receive updates, promotions, and sneak peaks of upcoming products. Plus 20% off your next order.

Promotion nulla vitae elit libero a pharetra augue